Acara Festival Sego Boranan yang digelar oleh pemda Kabupaten Lamongan berjalan sangat meriah. Sabtu (26/05/18) Ribuan warga kota Lamongan memadati Jalan depan pendopo Lokatantra.
Acara yang digelar ini merupakan puncak peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) yang ke-449. Puluhan penjual Sego Boranan pun disiapkan oleh pemda Lamongan berbanjar sepanjang jalan terlihat sangat menarik dengan memakai kostum seragam untuk memeriahkan acara ini.
Acara yang digelar ini merupakan puncak peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) yang ke-449. Puluhan penjual Sego Boranan pun disiapkan oleh pemda Lamongan berbanjar sepanjang jalan terlihat sangat menarik dengan memakai kostum seragam untuk memeriahkan acara ini.
Festival Sego Boranan yang dipusatkan di sekitar Alun-alun
Lamongan tersebut diikuti oleh 150 pedagang yang masing-masing pedagang menyiapkan 100 pincuk sajian untuk berbuka puasa.
Bupati Fadeli memberi perhatian lebih
pada Festival Sego Boranan. Yang pertama tentu saja ini adalah kuliner
khas, yang hanya ada di Lamongan, dan telah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari sosia kultur masyarakat Lamongan.
Berbeda dengan Soto Lamongan yang banyak dijual warga perantauan di
berbagai daerah, sehingga sudah dikenal luas sebagi kuliner khas
Lamongan.
Sego Boranan ini memiliki keunikan, karena hanya dibuat oleh warga di
Dusun Kaotan Dusun Sumberejo, Kecamatan Lamongan. Selama berpuluh-puluh
tahun, kuliner ini juga hanya dijual di Kota Lamongan.
Meski saat ini sudah ada beberapa penjual yang mulai menjajakannya
keluar Kota Lamongan, namun masih sebatas di kecamatan tetangga.
Sehingga Sego Boranan tidak seterkenal Soto Lamongan.
Dinamakan Sego Boranan, karena nasinya diletakkan dalam wadah bambu yang disebut boran.
Kuliner ini kerap dihidangkan dalam pincuk daun pisang, dengan
beragam lauk pilihan. Mulai ikan gabus, bandeng, ayam, hingga yang
paling khas ikan sili asap. Nasi dan lauk ini kemudian dilumuri dengan
sambel boran yang terkenal pedas, didampingi toping sayur kerawu, empok
dan rempeyek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar